Teori Weber
Alfred Weber adalah orang yang mempelopori pembentukan teori lokasi pada kegiatan industri pengolahan (manufacturing). Teori ini muncul pada masa revolusi industri di Jerman tahun 1929. Dengan pernyataannya bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location). Weber berpendapat ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan kekuatan aglomerasi. Dipandang dari segi tata guna lahan model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut oleh perusahaan. Karena terdapat perbedaan upah buruh anter tempat dan tidak ada keuntungan aglomerasi bila lokasi berdekatan. Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle). Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu : Material, konsumsi, dan tenaga Kerja.
Teori Losch
August Losch adalah ekonom dari Jerman yang memperluas teori Christaller yaitu memperkenalkan potensi permintaan (demand) sebagai faktor penting dalam lokasi industri, Kedua, kritik terhadap pendahulunya yang selalu berorientasi pada biaya terkecil, padahal yang biasanya dilakukan oleh industri adalah memaksimalkan keuntungan. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dijaringnya. Makin jauh dari pasar, konsumen enggan membeli karena biaya transportasi (semakin jauh tempat penjualan) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar. Losch menyarankan lokasi produksi ditempatkan di dekat pasar atau Centre Business District.
Komentar
Posting Komentar