Begitu banyak planning pembangunan jalan yang akan dilakukan di Semarang ini. Banyak di kota besar seperti Jogjakarta yang memiliki sistem jaringan jalan yang teratur. Jogjakarta memiliki ring road dan mengklasifikasikan jalan untuk pengguna sepeda, sepeda motor dan mobil. Hal tersebut tidak hanya di Jogjakarta, namun di kota-kota besar yang World Class City seperti Singapore juga demikian. Tidak mau kalah dan ingin terus bergerak maju, Semarang juga sudah memiliki planning lainnya yaitu proyek rencana pembangunan ring road Semarang. Pembangunan jalan lingkar terluar atau Semarang Outer Ring Road (SORR) di wilayah selatan segera direalisasikan. Direncanakan, penyusunan detail engineering design (DED) dilakukan pada 2011, sedangkan pembangunan fisik dimulai 2013.
Tak sedikit kejadian pembangunan berakibat pada penduduk, mereka yang seharusnya dibuat sejahtera namun sebaliknya malah sengsara. Bagaimana tidak jika tempat tinggal mereka dengan seenaknya digusur hanya untuk membuat jalan. Jalan lingkar yang melewati delapan kecamatan direncanakan tak akan menggusur daerah permukiman. Dalam penyusunan studi kelayakan (feasibility study) di sejumlah titik harus berbelok. Diungkapkan Untoro, selaku konsultan Bappeda Kota Semarang untuk proyek jalan lingkar, daerah-daerah yang kini cukup padat penduduk seperti Ngaliyan, Gunungpati, Banyumanik terpaksa jalurnya tidak bisa disesuaikan dengan gambar. Pihak konsultan pun berupaya adanya jalan lingkar tidak menjadi simpul kemacetan baru terutama pada persimpangan jalan. Tidak dipungkiri adanya jalan tersebut memunculkan jalur baru arus lalu lintas yang akibatnya berpotensi terjadi kemacetan. Secara keseluruhan, desain jalan lingkar itu memiliki lebar 30 meter yang dilengkapi jalur hijau trotoar, saluran, bahu jalan, jalur lambat, pembatas dan jalur cepat yang lebarnya 7 meter. Tidak jarang pembangunan jalan seperti jalan tol ini harus melakukan pengeprasan bukit dan menaikkan tanah, karena topografi Semarang yang memang tidak rata, bergelombang dan berbentuk mangkok jika kita perhatikan dengan seksama.
Berkembangnya suatu kota maka akan mengubah struktur kota tersebut baik secara fisik maupun sosialnya. Banyak bangunan maupun tempat yang berubah fungsi dan tata guna lahan. Yang merupakan perbukitan akan dengan mudah berubah menjadi perumahan, dan yang tadinya permukiman akan berubah menjadi jalan tol. Perubahan-perubahan dan perencanaan ini merupakan salah satu bentuk pertumbuhan kota. Akan tetapi apakah sudah tepat dan sesuai standar dalam pembangunan suatu bentuk fisik, itulah yang harus dipertanyakan. Kota Semarang yang kita huni ini akan seperti apa pada masa yang akan datang. Dengan dibangunnya berbagai bangunan baru, seperti mall, gedung-gedung hotel, jalan tol, ataupun taman-taman. Sangat baik melihat perkembangan kota yang kian maju, namun tak dapat dielakkan juga semakin berkembangnya Kota Semarang yang memiliki kepadatan penduduk yang bertambah tinggi setiap tahunnya, akan semakin banyak permasalahan yang muncul. Sudah banyak kemacetan yang terjadi di beberapa titik jalan, semakin padat semakin banyak yang mencari uang dengan berdagang kaki lima maupun masalah pengemis dan perumahan kumuh. Sebagai seorang perencana dan birokrasi pemerintahan seharusnya tidak hanya akan merencanakan pembangunan jalan tol dan perumahan saja namun mencoba berbagai solusi untuk menyelesaikan masalah, tidak menambah masalah.
Komentar
Posting Komentar