Kemiskinan dan Struktur pembangunan Perumahan dan Permukiman Low-income


 (Studi Kasus di Chili)

Artikel ini merupakan suatu critical review jurnal tentang pembangunan perumahan di Chili yang akan digunakan dan dibandingkan pembangunan perumahan masyarakat miskin di Indonesia. artikel ini merupakan tugas kuliah saya dan akan membahas beberapa kritikan tanggapan kebijakan dan poor settlement. 
Kemiskinan merupakan salah satu fenomena kehidupan manusia yang berada di pedesaan maupun perkotaan. Menurut salah satu ahli Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan; ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif; ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan. Masalah kemiskinan harus diselesaikan dengan berbagai cara. Kemiskinan penduduk ini akan berpengaruh kepada penyediaan perumahan bagi masyarakat miskin tersebut. Karena pendapatan yang sedikit, maka masyarakat miskin tersebut tidak mampu untuk membeli rumah dan tempat tinggal yang layak. Untuk itu perlu adanya kerjasama dan penyelesaian masalah oleh pihak pemerintah dalam penyediaan rumah. Seperti studi kasus dalam jurnal ini di Chili, yaitu bagaimana cara untuk menjangkau masyarakat miskin agar mendapat perumaan dan permukiman yang layak untuk tempet tinggal.
Pemerintah Chili telah memberikan bantuan perumahan yang low-income. Terdapat beberapa struktur untuk memenuhi dan membangun perumahan serta permukiman untuk masyarakat miskin tersebut. Di Chili, Amerika Serikat di sebagian besar negara, pasar menghadapi banyak kendala secara efektif menyediakan kondisi perumahan minimum untuk populasi. Menurut jurnal  tahun 1992  3.780.000 negara rumah tangga menduduki 3,10 juta rumah. Keluarga berpenghasilan rendah membuat sebagian besar dari sekitar 880.000 rumah tangga menghadapi perumahan yang tidak memadai, 610.000 berbagi akomodasi dengan keluarga lain dan 270.000 tinggal di rumah-rumah yang membutuhkan pengganti. Beberapa faktor telah membatasi kapasitas sektor swasta untuk menyediakan perumahan untuk semua kelompok pendapatan negara. Itu paling signifikan adalah pendapatan rendah banyak keluarga yang mencegah mereka memiliki akses ke rumah baru yang disediakan oleh swasta pengembang. Akhirnya pemerintah membuat intervensi yaitu memberi kebijakan yang baru :
•  Langsung pembangunan rumah untuk clienteles tertentu (1950-1960);
•  Pembentukan tabungan dan lembaga pinjaman untuk memenuhi menengah rumah tangga dilengkapi oleh pemerintah disediakan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (1960-1970);
• Peluncuran besar program perumahan rakyat yang bertujuan untuk memberikan setiap keluarga dengan rumah (1.970-1.973).
Hal ini mengurangi kepadatan dalam stok yang ada perumahan tetapi menciptakan banyak sub-standar lingkungan di mana kondisi sanitasi yang kemudian, dan masih sedang, ditingkatkan melalui program pemerintah seperti situs dan layanan. Selama bertahun-tahun, dan setelah banyak kesalahan, muncul 3 sistem meliputi:
• pembiayaan hipotek swasta yang memungkinkan menengah atas dan highincome keluarga untuk membeli rumah yang diproduksi oleh pengembang swasta;
• sistem campuran, yang pivot non-dikembalikan voucher kas disediakan oleh pemerintah dan ditambah dengan pinjaman dari bank lokal, yang membantu menengah dan rendah-menengah keluarga untuk membiayai rumah juga diproduksi oleh pengembang;
• Pemerintah rumah dikontrak didistribusikan dengan subsidi berat untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Pemerintah Chili sangat baik dalam mengintervensi dan memberi bantuan untuk perumahan dan permukiman masyarakat miskin di negeranya. Dimana diberi subsidi untuk masyarakat kurang mampu dan disediakan rumah kontrak untuk tempat tinggal masyarakat. Disamping itu pemerintah Negara Chili juga menyediakan dan memfasilitasi masyarakat untuk semua golongan dengan pelayanan infrastruktur yang memadai. Apalagi untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat miskin. Untuk penyediaan kebutuhan rumah ini, pemerintah Chili mencoba memberi rumah kontrak, dimana rumah tersebut dapat diakses untuk masyarakat miskin dengan cara memberi pinjaman modal. Departemen Perumahan memberi pinjaman sebesar US$ 2.200. Selain itu juga bagi masyarakat tidak mampu atau berpenghasilan rendah dapat mengakases perumahan caranya yaitu dengan mengambil subsidi pemerintah. Masyarakat miskin tersebut harus menunjukkan kebutuhan perumahan dan pendapatan melalui Survei Stratifikasi Sosial dan menyelesaikan rencana tabungan untuk jumlah yang ditentukan setiap program. Salah satu programnya, pemerintah memberi rumah untuk masyarakat miskin dengan pendapatan dibawah US $ 230 dari Program Perumahan dasar dan progresif, dimana MINVU memeberi langsung rumah kepada masyarakat miskin atau tidak mampu. Selain itu program ini juga dapat memberi subsidi untuk rumah kontrak.
Fasilitas untuk masyarakat perkotaan berpenghasilan rendah di negara Chili ini, terutama di kota-kota besar, menciptakan lingkungan masyarakat dengan low-income menjadi setingkat dengan golongan lain walau memang berbeda fisiknya. Tingkat pendapatan penduduk mencegah munculnya pelayanan perkotaan pribadi disediakan (pendidikan, kesehatan, rekreasi) dan sektor publik hanya sebagian yang merespon dengan permintaan. Proyek perumahan termasuk untuk masyarakat miskin. Beberapa fasilitas, seperti tempat pertemuan dan  taman bermain kecil di kota, memperluas pendidikan dasar dan prasarana kesehatan dengan hibah dari pemerintah pusat tetapi mereka tidak selalu mampu menyediakan untuk operasi dan pemeliharaan fasilitas. Walau tidak mampu sepenuhnya namun Pemerintah pusat lah yang bertanggung jawab menangani semua masalah perumahan yang disediakan. Lembaga yang menangani perumahan dan permukiman di Chili tersebut adalah Departemen perumahan dan Perencanaan Kota (MINVU), LSM khusus seperti koperas dan industri konstruksi.
Kasus seperti di Chili sebenarnya sedikit agak mirip dengan pembangunan perumahan di Indonesia.  Kemiskinan di Indonesia sangat lebih tinggi dibandingkan di Chili. Namun untuk penyelesaian permasalahan kemiskinan masih sangat kurang untuk negara Indonesia. Dimana peran pemerintah masih belum sepenuhnya totalitas untuk masyarakat apalagi masyarakat miskin. Tingkat kemiskinan di Indonesia semakin bertambah tiap tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingginya urbanisasi
- Produktivitas tenaga kerja rendah
- Upah kerja masih rendah
- lapangan kerja masih sangat kurang
- Kualitas Sumber Daya Alam dan SDM yang rendah
- Teknologi yang kurang
- dipengarui kebudayaan dan tradisi
- politik dan keamanan yang belum stabil
Hal-hal tersebut menyebabkan Indonesia sangat banyak penduduk miskin dan tidak terpelihara. Penduduk miskin di Indonesia tersebut masih sangat kekurangan dalam kebutuhan rumah. Seperti halnya di Chili, namun masyarakat miskin di negara Chili mampu ditampung oleh pemerintah dengan berbagai intervensinya untuk mendapatkan tempat tinggal. Kasus Chili tersebut adalah kasus yang berhasil. Seharusnya Indonesia dapat melihat dan menjadikan sebagai best practice untuk menyelesaikan permasalahan perumahan untuk masyarakat miskin di Indonesia. Faktor sosial dan budaya di Indonesia yang masih kuat seperti adanya tanah adat dan lain sebagainya inilah yang juga mempengaruhi struktur pembangunan perumahan di Indonesia. Sumber Daya Manusia yang rendah menyebabkan masyarakat miskin dan menghambat pembangunan perumahan dan permukiman baik di kota maupun di wilayah.
Di Indonesia sebenarnya sudah ada beberapa program pemerintah yaitu lembaga BUMN Perumnas yang menangani masalah perumahan bagi MBR dan masyarakat miskin. Namun dalam penanganannya Perum Perumnas dan Kemenpera pusat sendiri belum bisa menemukan alternative penyelesaian yang tepat. Karena beberapa kali diberi kebijakan seperti subsidi bagi masyarakat miskin pun pada akhirnya tidak sampai pada masyarakat yang ditujuka. Selain itu beberapa program seperti penyediaan rumah susun untuk masyarakat kurang mampu juga tidak terakomodasi dengan baik. Pemerintah Indonesia harus lebih tegas dalam kebijakan dan memperkuat intervensi kepada masyarakat. 

sumber : Journal International, Environment and Urbanization. title : "Reaching the poor: lessons from the Chilean housing experience" www.sagepub.com

Komentar