HAPPY BIRTHDAY IBU

28 Agustus 2013

Dalam kesendirianku, di dalam bayangan cahaya matahari yang mulai meredup. Diatas sajadah merah, kupandangi wajah ayu dan damai dalam bingkai foto 10 R yang kupegang erat itu. Tak tahan lagi air mata ini meyeruak keluar bertubi-tubi. Potongan-potongan memori bermunculan didalam otak. Segalanya adalah perjalanan hidupku dari lahir hingga detik ini ku termenung, 22 tahun.  Paras ayu dalam foto itu selalu ada disetiap jengkal langkah hidupku, dan tak pernah sedetikpun ia bisa pergi dari hatiku, dan pikiranku. Engkau tlah menyatu pada jiwaku sejak pertama kali hidungku menghirup udara di dunia ini. Sejak saat detak jantung ini mulai berdetak. Saat bibirku pertama menyentuh putting payudaramu dan merasakan ASI, minuman pertama yang masuk dalam tubuhku. Saat kupingku mendengar tangisan bahagia dan panggilan “sayang” pertama kalinya aku di dunia ini. Saat mata kecilku melihat bayangan senyum wajah cantikmu. Kemudian Ketika ku tumbuh dan suatu hari ku mampu memanggil kata yang selalu ingin aku keluarkan dari mulutku sejak engkau melahirkanku,  IBU…
Ayu parasmu tidak pernah luntur sedikitpun, walau beban hidup yang sarat dan berat ini selalu menghampirimu. Senyum indah itu tetap sama seperti pertama kali aku melihat senyum itu 22 tahun 2 bulan 8 hari yang lalu. Panggilan “sayang’ yang lembut yang kudengar pertama kali telingaku menangkap suara di dunia ini, masih selalu aku dengar hingga saat ini. Dan hatimu yang luar biasa putih bersih itu semakin berkilau di usiamu yang semakin berkurang ini. Tanpa terasa, 49 tahun engkau bernafas di dunia ini, meng-ADA-kan aku, memberikan seluruh hidupmu untukku saat aku ada, sampai aku sebesar ini. Kerutan kecil di wajahmu tak pernah menghilangkan damai teduh hatiku saat kupandang wajahmu. Bau badan terwangi yang ku cium dan ku suka di dunia ini, saat engkau pulang kerja dengan keringat lelah, engkau gendong aku dengan senyuman dan tawa bahagiamu. Bau yang tetap wangi saat kau peluk aku tiap aku pulang kerumah dari rantauanku saat usiaku beranjak dewasa. Airmata tangisanmu saat aku sakit dan menerima musibah adalah hal terpilu dan luka yang menggores hatiku. Saat kau tak peduli apapun bahaya didepanmu, yang penting anakmu ini sembuh dan sehat lagi. Segalanya, segala memori hidupku itu adalah engkau, IBU.
Dan kini di hari ini, usia Ibu bertambah tua. Tanpa sedikit apapun pernah aku berikan untukmu. Maafkan anakmu ini Ibu…. Maaf yang aku yakin tak perlu Ibu dengarkan dari mulutku karna Ibu telah memafkanku jauh saat aku lahir didunia ini. Maaf yang selalu Ibu beri disetiap perbuatanku yang membuat Ibu sedih. Ibu adalah satu-satunya manusia yang paling sabar yang pernah aku temui didunia ini. Maaf mu itulah yang selalu membuatku bersalah dan menyesal karna belum mampu membahagiakan Ibu hingga detik ini. Hingga usiamu yang ke 49 tahun ini, untuk membalas apa yang Ibu berikan, aku belum mampu, apalagi membahagiakan Ibu. Memberi balasan ‘sarjana’ untuk pengorbanan dan perjuanganmu memberikanku ilmu selama ini saja aku belum mampu. Maaf bu… maaf….
Dalam hidupmu yang kau berikan untukku dan untuk saudara-saudaraku, mungkin akulah yang paling menyusahkanmu, merepotkanmu dan merugikanmu. Ibu harus mengeluarkan biaya lebih besar dalam menghidupiku. Yang harus membuatku banting tulang bekerja membantu ayah. Seharusnya Ibu adalah ratu di istanaku yang hanya perlu duduk manis dan membelai lembut anak-anak Ibu ini. Maaf karenaku dan saudaraku Ibu yang cantik menjadi berkerut karna memikirkan kami yang membebanimu. Mungkin karena kami, Ibu harus sakit hati maupun ragamu. Namun hati Ibu tidak pernah sedikitpun berkerut, Ibu tetaplah pahlawan dalam hidup kami. 
Diusia Ibu yang bertambah satu ini, Ibu sudah semakin renta, bahkan tubuh ibu tak setegap dulu saat menggendong dan meninabobokanku. Penyakit itu telah menggerogoti tubuh, penyakit ‘pengapuran’ yang aku tau Ibu selalu kesakitan setiap saat. Ibu tak mau dioperasi karna takut, walaupun aku sangat tau, Ibu adalah orang yang paling berani yang mengajariku arti keberanian di dunia ini, bahkan mungkin Ibu lah yang memberiku sifat pemberani yang sangat berguna dalam hidupku ini. Seandainya kau tau, satu hal yang paling aku takuti di dunia ini selain kematian, adalah saat harus kehilanganmu. Tak dapat dipungkiri, bahwa hal itu suatu saat pasti terjadi, namun itu satu hal yang paling aku takuti dalam hidupku. Tidak pernah membayangkan sedikitpun saat itu terjadi. Bahkan ketika engkau sakitpun, aku rela menggantikan ibu sakit. Hal tersedih dalam hidup  itu ketika melihat wajah ibu murung dan menitikkan air mata.
Ibu… Kau adalah segalanya bagi aku dan saudara-saudaraku. Kau mengajariku berdiri, namun saat ku jatuh kau menangkapku. Kau mengajariku berjalan, saat ku
Ibu…. Bermilyaran maaf yang ku ucapkan, tak kan mampu mengganti setetes air mata yang jatuh dari kelopak matamu. Bertriliun terima kasih yang kuucap dari bibirku pun tak kan pernah mampu membalas segala kebaikan dan kasih sayangmu. Karena kasih sayang Ibu itu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali. Dan aku adalah wanita sepertimu, yang sangat ingin menjadi sepertimu, menjadi wanita, istri dan ibu seperti mu.
Ibu…. Rumah mewah, mobil mewah, kalung dan gelang cincin emas serta berlian, bahkan mengantar dan membiayaimu ke tanah suci, semua itu belum sanggup aku berikan, namun suatu saat aku akan memberimu apa yang harus kau dapatkan walau tak pernah dapat membayar lunas hutang budiku padamu selama didunia ini. Aku selalu berharap dapat memberimu kebahagian, kebahagian disetiap jengkal hidupmu. Kini, Dalam setiap sujudku tak pernah lupa kusebut namamu dalam do’a ku. Hanya itu yang saat ini mampu ku beri. Tapi janjiku padamu adalah kebahagiaan, bahagia dunia dan akhirat untukmu, IBU.
Hari ini ku tak mampu ada disampingmu, namun diatas sajadah merah ini, dalam setiap sujudku pada_Nya, dalam lantunan do’a saat kedua tangan ini menengadah meminta pada_Nya, dalam alunan ayat suci yang kukirim sebagai do’a dan agar kau dilindung oleh_Nya. Segalanya hanya untukmu, IBU….. aku akan meminta dan berbicara langsung pada Allah, untukmu.
YA ALLAH.... cintai dia seperti dia mencintaiku,
Jangan Engkau ambil beliau sebelum aku dapat membahagiakannya,
Sebelum aku dapat membanggakan dan membalas segala kebaikannya
Panjangkan umurnya sampai beliau menjadi nenek dan buyut dari anak2ku
Jika Kau ingin mengambilnya kelak, tempatkan ia di Surga_Mu
Beliau layak berada ditempat dimana malaikat dan bidadari berada,
Karna Beliau adalah adalah Malaikat tanpa sayap ku



Komentar